Sejarah SEMAR BONDRO NOYO, Masih Menjaga Pertiwi
SejarahBudaya - Sebuah batu besar setinggi 7 meter yang berada tepat ditengah kedua ruas jalan raya perbatasan Kab. Banyuwangi dan Situbondo ini, sekitar 6 kilometer dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, dikenal masyarakat luas sebagai Watu Dodol.

Dimana dalam bahasa Jawa, batu ini memiliki arti watu atau batu sedang Dodol dapat diartikan sebagai jenang (Jenis makanan). Watu Dodol sendiri merupakan batu karang berwarna hitam yang memiliki bentuk unik layaknya pazel yang tersusun rapi, dan di bagian sisi selatan atas, tumbuh sebatang pohon kelor yang menambah keunikan batu tersebut. Meskipun dulu terlihat angker, namun kini wisata berpantai tersebut terlihat asri dengan dihiasi taman sebagai jalur hijau.

Tak jauh dari kawasan pantai tersebut, ada sumur air tawar, dimana penduduk setempat membangunkan dinding yang terbuat dari batu karang bersemen. Air tawar yang krluar dari sumut itu dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Pada sekitar Tahun 2011 dibangun sebuah Kuil "Tu Di" dimana  tak jauh dari kuil terdapat sepasang makam tepatnya di puncak bukit sisi barat Watu Dodol. Konon Sepasang makam tersebut dikeramatkan oleh berbagai kalangan, yaitu para penduduk setempat maupun orang-orang dari luar daerah Banyuwangi. Tak jarang terlihat  beberapa orang yang sedang tirakat di lokasi makam tersebut. Dari keterangan seorang pertapa yang sudah kurang lebih 7 tahun tunggal dekat makam itu, menceritakan bahwa ia memperoleh penglihatan batin. Dimana ia ditunjukkan bahwa sepasang makam keramat di kawasan Watu Dodol, merupakan makam sepasang putri kerajaan yang diungsikan.

Kawasan Wisata Watu Dodol juga terkenal akan berbagai legenda mistisnya yang turut menarik perhatian wisatawan untuk datang. 

Pada masa Kerajaan Blambangan diperintah oleh Minak Jinggo, sempat terjadi peperangan antara pasukan Blambangan dengan Majapahit. Dimana pasukan Blambangan mengalami kekalahan sehingga banyak yang melarikan diri menuju pantai utara.Seorang prajurit Blambangan membawa bekal berupa jadah (sejenis dodol berbentuk lonjong seukuran telapak tangan). Saat beristirahat di tepi pantai, bekal yang ia bawa tertinggal. Dan konon Dodol tertinggal  tersebutlah  yang akhirnya berubah menjadi batu karang.

Juga ada legenda fersi Cina dimana, Chen Fu Zhen Ren seorang arsitek yang memenuhi sayembara Raja Mengwi untuk membangun sebuah taman kerajaan dalam kurun waktu tertentu. Namun, hingga tiga hari dari batas waktu yang ditentukan, arsitek tersebut belum membangun apa-apa. Selama ini Raja Mengwi terus memberinya peringatan, tetapi sang arsitek terlihat acuh. Pada malam di hari ketiga sebelum batas waktu berakhir, tiba-tiba saja taman istana yang sangat indah muncul begitu saja, semua orang terkejut,  Raja Mengwi memerintahkan untuk menangkap sang arsitek karena takut. Pada malam harinya, dua orang prajurit yang ditugaskan menjaga sang arsitek membawanya kabur ke Blambangan karena mereka menganggap sang arsitek sebenarnya tidak bersalah apa-apa. Tidak seberapa jauh, pelarian mereka diketahui dan mereka dikejar hingga menyeberangi Selat Bali. Kedua prajurit tersebut bertempur mati-matian melindungi sang arsitek dan akhirnya tewas, sementara sang arsitek yang terkepung berubah menjadi batu berukuran besar dengan bentuk aneh, yaitu bagian atasnya lebih besar dari bawahnya. Penduduk setempat memakamkan kedua prajurit itu di puncak bukit sebelah barat Watu Dodol (makamnya masih sering dikunjungi hingga sekarang oleh berbagai kalangan kepercayaan dan agama).

Dan yang tak kalah populer adalah legenda SEMAR, hal ini diperkirakan bukan berasal dari masyarakat setempat (orang Osing - penduduk asliBlambangan) karena mereka tidak mengenal sejarah pewayangan sebelumnya. Dimana dikisahkan bahwa Semar Noyo Genggong berjualan di pantai Watu Dodol, tetapi bahan yang ia jual terguling. Berasnya yang tumpah menjadi hamparan pasir putih, sementara pikulan kayunya terlempar dan menancap di sela-sela Watu Dodol. Pikulan kayu tersebut tumbuh menjadi Pohon Kelor. Konon hingga kini kayu kelor itu dipercaya dapat menghilangkan segala ilmu kanuragan jika bersentuhan dengannya. Bekal air minum Kyai Semar yang tumpah menjadi sumber air tawar yang mengalir di bibir pantai, dan dari kecewanya Semar berdiam diri dan menjadi batu yang bernama batu Panjer Dodol. Konon pula banyak ahli supranatural yang meyakini, bahwa sosok semar hingga kini masih bertapa didalam batu tersebut. Dan batu tersebut diyakini sebagai paku bumi pulau jawa.

Memang sungguh kontrofersi adanya batu tersebut. Tak hanya penduduk setempat jaman dulu, yang tak dapat memindahkan batu tersebut, bahkan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, pasukan Jepang pernah berupaya untuk memindahkan Watu Dodol, karena mengganggu transportasi mereka. Puluhan orang dan mesin berat dikerahkan untuk memotong Watu Dodol agar lebih mudah dipindahkan, tetapi ternyata tidak membawa hasil. Saat hendak digulingkan dengan ditarik kapal, ternyata Watu Dodol tetap bergeming, malah konon kapal yang menarik akhirnya tenggelam.Hal inilah sebabnya hingga kini Watu Dodol berada di tengah dua ruas jalan.

 Oleh : Nur HM

Pada sekitar Tahun 2011 dibangun sebuah Kuil "Tu Di" dimana tak jauh dari kuil terdapat sepasang makam tepatnya di puncak bukit sisi barat Watu Dodol. Konon Sepasang makam tersebut dikeramatkan oleh berbagai kalangan, yaitu para penduduk setempat maupun orang-orang dari luar daerah Banyuwangi. Tak jarang terlihat beberapa orang yang sedang tirakat di lokasi makam tersebut. Dari keterangan seorang pertapa yang sudah kurang lebih 7 tahun tunggal dekat makam itu, menceritakan bahwa ia memperoleh penglihatan batin. Dimana ia ditunjukkan bahwa sepasang makam keramat di kawasan Watu Dodol, merupakan makam sepasang putri kerajaan yang diungsikan.

Labels:

Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.