Demun Sang Penulis, MENDAFTAR MENJADI TUHAN
SejarahBudaya - Demun adalah seorang pemuda desa yang gigih bekerja, sebagai kuli panggul di perkebunan kopi. Dalam bekerja pemuda desa itu berangkat dini hari, dan pulang hingga larut malam, begitu ia lakukan setiap harinya. Dengan upah dibawah rata - rata perhari, Demun hanya mampu meraup upah maksimal Rp. 25000. Tentunya dengan penghasilan minim seperti itu Demun cukup sulit untuk mewujudkan cita - citanya menjadi penguasa perkebunan yang kaya raya nan banyak istri pula.

Sedang anggaran yang ia canangkan untuk menggapai cita citanya tersebut, telah Demun hitung kurang lebih 20 milyar. Kadang Demun bergumam dalam hati " Jika penghasilanku begini terus bisa - bisa bekerja seumur hiduppun takkan mampu ku gapai impian itu. Sedang untuk mencari tambahan lain, aku sudah tak ada waktu lagi".
 
Hingga pada suatu hari pemuda desa itu berniat mencari guru sakti. Dimana sebelumnya, ia diberi tahu seorang nenek yang datang menghapirinya, tanpa ia kenal. Nenek itu mengaku bernama Nisem, dan ia memberi tahu "bahwa di gunung kidul ada seorang wali yang berilmu tinggi namanya mbah".

Dari keterangan Nisem pada Demun,  "mbah. Mulyo pernah meminta sandal pada seorang tukang sampah Waidin namanya, dikarenakan sandal yang dipakainya rusak, tukang sampahpun dengan ikhlas memberikan sandalnya itu. Setelah mbah. Mulyo memakai sandal Waidin, ia lalu memberikan sandal putusnya itu kepada si Waidin  sembari berpesan, " Simpanlah sandalku ini baik - baik siapa tau kelak kau bisa berhaji 10 kali,  Dan setelah itu mbah Karomah pergi.

Allahu Akbar, tak lama dari kejadian tersebut situkang sampahpun dapat menunaikan hajinya, hingga kini genap 10 kali haji. Dan masih  banyak lagi cerita karomah dari mbah. Mulyo yang wali itu".

Mendengar cerita Nenek tersebut, dengan tekad kuat ingin kaya,  Pemuda ini berangkat ke gunung kidul untuk menemui seorang wali yang ia yakini dapat mewujudkan cita - citanya tersebut.

Singkat cerita berhadapanlah Demun dengan mbah. Karomah di surau kecil dekat air terjun.
Kyai Karomah: Ada kepentingan apakah engkau sehingga datang kemari menemuiku wahai anak muda?

Demun: Begini yaa waliullah, aku sudah bekerja keras siang dan malam, dan aku juga sudah berdoa tak henti - henti namun, sampai detik ini rencanaku menjadi kaya belum juga terpenuhi. Padahal jika aku kaya, aku tidak akan sombong dan selalu akan bersedekah pada yang membutuhkan. Namun sampai detik ini tak satupun rencanaku yang berhasil sesuai harapanku. Sudikah kiranya kanjeng sunan menolongku, agar semua rencanaku dapat terwujud. 

Kyai Karomah: (dengan tersenyum ia berkata) Semua dilangit di bumi dan seluruh semesta ini adalah rencana tuhan, bahkan kata tuhan "Tak sehelai daunpun jatuh ke bumi ini, tanpa atas rencanaku" begitu pula aku saat ini dipertemukan dengan dirimu, semua ini atas rencana Tuhan. Manusia hanya bertawakal dan menjalaninya saja. Nah aku tanya sekarang kepadamu wahai pemuda, yakinkah engkau bahwa hidup ini adalah rencana tuhan?

Demun: Yakin kanjeng Sunan

Kyai Karomah: Jika kau yakin, mengapa sebagai mahluknya kau ikut - ikut berencana?, dengan ikut serta merencanakan kehidupan ini. Secara tidak langsung engkau telah mendaftarkan diri menjadi tuhan. Aku bertanya sekali lagi padamu, bolehkah mahluk tuhan mendaftar jadi tuhan?

Demun: Tidak boleh kanjeng Sunan 

Kyai Karomah: Kata siapa tidak boleh ? Boleh lah asal mampu. Tuhan maha segala, apa yang tidak ia beri pada ummatnya yang hanya dapat meminta namun tak sadar akan kewajibannya. Banyak manusia sekarang ini dengan tanpa sadar,  telah mendaftarkan diri menjadi tuhan, juga termasuk engkau wahai anak muda. Nah sekarang coba kau fikir walaupun manusia diperbolehkan menjadi tuhan ! pertanyaannya, menusia manakah yang mampu menjadi tuhan ? Tak ada satu mahlukpun yang sanggup dan mampu menandingi ke Esaannya. Jangankan sanggup, bahkan mendekati layak saja saya rasa tidak ada. Hal ini sudah pernah dicontohkan nabi Sulaiman, waktu akan memberi makan ikan nun dulu.
Bak ditelanjangi dengan kebingunganya,  

Demun lalu bertanya: Harus apa dan bagaimanakah diriku saat ini kanjeng sunan?

Kyai Karomah: Berkacalah, sudah pantaskah dirimu menerima apa yang kau pinta? Sudah mampu ? Sudah siap?, Tuhan tak mengabulkan permohonanmu karna beliau menunggu kesiapan, kepantasan, dan kemampuanmu  untuk menerima permohonanmu itu.

Ibarat kau memiliki pistol, lalu pistol tersebut diminta oleh putramu yang masih balita, tegakah engkau memberikan pistol tersebut? Seperti itu pula tuhan kepadamu.  Nah mulai sekarang pantaskan dulu dirimu sebelum kau meminta. Jadikan semua hajat hajatmu sebagai Niat yang harus kau jalankan. Jangan kau jadikan hajat hajatmu sebagai rencana, karena rencana hanya milik tuhan semata.

Dengan memberikan sebatang bolpoin hitam kepada Demun, mbah. Mulyo berpamit kedalam rumah meninggalkan Demun sendiri " Assalamualaikum waroh matullahi wabarokatuh". Belum sempat menjawab mata Demun seolah kemasukan sesuatu yang sangat perih dirasa. Dengan cekatan Demun mengusap matanya, dan setelah dirasa sedikit membaik ia mencoba membuka matanya perlahan. Namun alangkah terkejutnya dia kala membuka mata, Demun berada ditengah hutan pinus digunung kidul. Jangankan  Surau dan kediaman Kyai Karomah yang lenyap tanpa bekas, bahkan aroma wangi Kyai Karomahpun sudah tak tercium lagi disela lubang hidungnya.

Hingga Demun benar benar tersadar dan seolah ia paham dengan semua yang telah terjadi pada dirinya. Dengan semangt tinggi iapun bergegas pulang.

Sejak saat kejadian tersebut cara hidup Demun yang ia anggap salah, sedikit demi sedikit diperbaiki. Dan hingga saat ini Demunpun beralih profesi sebagai penulis ulang Kitab keagamaan. Dan dengan kondisi demikian, kehidupan Demun bertahap semakin membaik.

Demun adalah seorang pemuda desa yang gigih bekerja, sebagai kuli panggul di perkebunan kopi. Dalam bekerja pemuda desa itu berangkat dini hari, dan pulang hingga larut malam, begitu ia lakukan setiap harinya. Dengan upah dibawah rata - rata perhari, Demun hanya mampu meraup upah maksimal Rp. 25000. Tentunya dengan penghasilan minim seperti itu Demun cukup sulit untuk mewujudkan cita - citanya menjadi penguasa perkebunan yang kaya raya nan banyak istri pula.

Labels:

Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.